Sunday, May 4, 2014


Kado Terindah Untuk Kota Tercinta dari Klub Tercinta
Oleh : Herry Santoso

Sabtu, 03 Mei 2014 adalah hari yang bermakna bagi kota tercinta kita ini. Semarang merayakan hari lahir ke 467. Berbagai acara hingar bingar terselenggara di kota ATLAS mulai dari “Semarang Night Carnival”, pentas seni hingga pertandingan sepakbola klub tercinta kota ATLAS yaitu PSIS Semarang melawan “saudara” se-provinsi yaitu Persitema Temanggung.

Tapi disini kita tidak membicarakan acara hingar bingar pertunjukan pentas musik di Simpang Lima ataupun acara-acara yang lain, tetapi kita akan membicarakan pertandingan antara “saudara tua melawan “saudara muda” klub bola di Jawa Tengah. Ya antara PSIS Semarang versus Persitema Temanggung. Kita akan menganalisa pertandingan Sabtu kemarin dari segi statistik penguasaan bola, determinasi serangan, dll.

PSIS Semarang yang dilatih oleh Eko Riyadi (coach ER saya menyebut ditulisan ini) menurunkan formasi sepakbola modern : 4-2-3-1 yang biasanya memainkan double pivot, double flank maupun dua inverted winger yang bertugas cutting inside masuk ke dalam kotak pinalti lawan. Sedangkan Persitema yang dilatih oleh Sri “Dadit” Widadi memainkan pola sepakbola klasik : 4-4-2 yang bahkan jarang dipakai pelatih di persepakbolaan Indonesia. ER hampir menurunkan “personel” yang sama sewaktu melawan PPSM Magelang sebelum pertandingan ini. Tetapi memberikan porsi pemain inti kepada Taufik di posisi bek sayap memberikan saya rasa penasaran kepada pemain satu ini waktu itu.

Saat peluit kick-off dimulai determinasi dengan modal kecepatan sektor kanan yang ditempati oleh Franky sudah langsung mulai menggebrak bahkan pada menit ke 3 salah satu pemain Persitema Deni Nurdiansyah harus menerima kartu merah dikarenakan menanduk sang pengadil lapangan di saat posisi hands ball yang dilakukan oleh sang kapten Persitema itu. Pertandingan sempat terhenti sekitar 5-10 menit dikarenakan protes dari pemain dan official Persitema atas kartu merah yang diberikan kepada Deni. Permainan Persitema pun sempat menjadi kasar. Selang 4 menit kemudian salah satu pemain Persitema juga mendapat kartu kuning. Hampir selama 30 menit pertama PSIS seakan-akan masih buntu untuk menjebol gawang Persitema. Tetapi yang perlu digaris bawahi disini adalah lini tengah PSIS yang digalang oleh Andi Rochmad, Ediyanto dan Yunus sangat dominan (terlepas dari Persitema kehilangan 1 pemain), mereka seakan membentuk sebuah garis lurus yang saling berhubungan hingga membentuk segitiga, yang saya sebut “SEGITIGA BERMUDA LINI TENGAH PSIS”.

Foto diambil dari Metro Semarang

Andi dengan tenang memainkan peran sebagai box to box, Ediyanto bertanggung jawab terhadap pembagian bola ke depan kea rah sayap kanan atau kiri PSIS Semarang dan bek sayap kanan ataupun kiri  sedangkan Yunus bertugas menjegal pergerakan bola direct short passs dari lini belakang ke lini tengah para pemain Persitema dan juga berperan sebagai pemantul dalam skema one two dengan pergerakan Franky di sektor sayap kanan, saya menyebut Yunus sebagai Destroyer. 2 gol yang tercipta dari set piece adalah wujud determinasi Franky di sektor sayap dan dan pergerakan lini tengah yang mengakibatkan Persitema melakukan pelanggaran di luar kota pinalti. Tetapi satu yang menjadi pekerjaan rumah bagi coach ER adalah sektor pergerakan kiri seakan “mati” dalam hal skema formasi 4-2-3-1 dimana flank sayap yang ditempati Fagundez hanya melakukan crossing tetapi tidak bisa melakukan cut inside ke dalam kotak penalti seperti yang dilakukan oleh Franky. Fagundez memang pemain bertipe playmaker jadi mungkin agak canggung untuk perubahan posisi yang ditempati di area sayap PSIS. Kredibilitas Fagundez terlihat dalam posisi menahan bola atau eksekusi bola mati yang dilakukan olehnya sedangkan untuk posisi penyerang tunggal yang ditempati oleh Alcorse di barisan depan terlihat Alcorse belum begitu leluasa memerankan peran ini. Pemain bernomor punggung 10 ini masih “bingung” jika harus memposisikan sebagai penahan bola ataupun pemantul bola yang kemudian dari second line ataupun dari flank sayap cut inside masuk ke kotak penalti lawan. Analogi pemikiran saya sendiri : Alcorse hanya mau bola crossing yang mengarah ke kepalanya sendiri dan Alcorse juga handal dalam posisi “kericuhan pemain” di dalam kotak penalti lawan. Lihat gol pertama yang diciptakan oleh pemain nomer 10 ini kan ? Hampir sama proses dengan gol pertama Alcorse, 2 gol yang diciptakan oleh El Capitano PSIS : Fauzan dengan sundulan kepala juga karena kita handal dalam memanfaatkan set piece.

Tetapi ada hal yang dikhawatirkan dengan cederanya Franky, pergerakan pemain yang menempati flank kanan PSIS ini sangat lincah bahkan sampai 3 pemain Persitema harus menutup pergerakannya. Saya tidak meragukan kualitas Boaz di sektor kanan tetapi Boaz masih kurang dalam soal determinasi untuk memancing bek ataupun pemain lawan untuk mendekat. Boaz yang kidal sepertinya belum terbiasa untuk menempati sektor kanan flank PSIS kecuali dia mampu berperan sebagai inverted winger yang cut inside masuk ke dalam kotak penalti lawan yang kemudian dia melakukan tendangan melengkung kearah posisi kanan kiper lawan, seperti yang dilakukannya saat mencetak gol ke-4 untuk PSIS di babak ke-2. Hampir sama yang ditempati oleh Hari Nur saat dia masuk ke babak ke 2, gambaran saya babak ke 2 PSIS melakukan pergantian formasi 3-6-1 dengan menumpuk 4 gelandang 2 sayap untuk “duel” dengan para pemain Persitema yang harus menumpuk di sektor tengah  akibat kehilangan 2 pemain karena kartu merah di babak 1.

Setidaknya Persitema menutup pergerakan “SEGITIGA BERMUDA LINI TENGAH PSIS” dengan menumpuk pemain di lini tengah untuk mengurangi defisit kebobolan gol lebih banyak di babak ke 2. Itu kenapa Sunar Sulaiman masuk menggantikan Yunus di babak ke 2, dan kemudian skema pola berubah PSIS memainkan 3 bek dan posisi Fagundez digeser ke tengah untuk memainkan peran “asli” dia sebagai playmaker. Duel lini tengah sepanjang babak ke 2 sangat dominan walau Persitema harus berjuang dengan 9 pemain. Mereka melakukan pressing ketat selama babak ke 2 tetapi ada celah kosong yang harus dikorbankan dengan mengajak ‘duel” di sektor lini tengah. Iya sektor sayap PSIS bergerak liar, Taufik dan Khomedi sangat enjoy dan bergerak leluasa memainkan peran baru sebagai sayap kanan dan kiri. Sedangkan Hari Nur menurut kacamata saya sendiri dia masih bingung untuk menempati sebagai striker tunggal -hampir sama dengan Alcorse. Mungkin mereka berdua masih canggung untuk memerankan posisi tersebut. Hari Nur adalah seorang second striker murni yang rajin menjemput bola dan memberikannya kepada seorang striker atau mungkin dia bisa dicoba di posisi flank PSIS entah itu menempati pos kanan atau kiri.

Masih perlu banyak PR sebetulnya untuk tim kebanggaan kota kita ini, tetapi ada kemajuan yang signifikan dari 5 match yang sudah dijalani. Lini belakang dan lini tengah sudah memperlihatkan kualitasnya. Para pemain sudah menjalankan tugas & kewajibannya dan bertanggung jawab dalam “pertarungan” didalam lapangan. Faktor tekanan penonton yang sempat terjadi di pertandingan pertama dan kedua tidak terjadi sewaktu menjamu “saudara muda” dari Temanggung. Para pemain mengerti bahwa Jatidiri adalah rumah mereka dan kita. Mereka ingin totalitas buat saya, anda dan mereka yang datang ke stadion buat mendukung mereka. Mereka mengerti bahwa mereka wajib memberikan kado yang yang terindah untuk kota tempat mereka mencari nafkah.

Kado hari jadi Kota Semarang ke 467

Twitter penulis : @herry_kucink

0 comments:

Post a Comment