Tuesday, June 18, 2013

Foto diambil dari http://www.antarafoto.com
Hasil Yang Sangat Pantas
Oleh : Herry Santoso

Ya, hasil yang menurut saya sangat pantas untuk laga match derby Jateng kali ini. Walaupun pertandingan sempat dikecewakan oleh cuaca yang buruk hingga permainan tidak bisa berjalan sesuai dengan skema ciri khas masing- masing tim dan juga laga dengan “miskin” kartu mengingat indikasi kartu keluar dari saku wasit harusnya bisa dilihat dari permainan keras dan juga faktor lapangan yang licin dengan tensi permainan yang tinggi. Tetapi tulisan ini tidak akan mengomentari kepempimpinan pengadil di lapangan. Saya, Anda dan kalian pasti sudah tahu bagaimana kapasitas wasit di negeri ini seperti apa. Jujur saja, banyak team yang dirugikan oleh keputusan yang “aneh” .  Dan coretan saya ini akan coba menganalisa hasil seri tanpa gol tadi.

Firmandoyo kembali memakai formasi 4-4-2 dengan perubahan pemain baru, Edy Gunawan menggantikan Ikhsan Sania di posisi pertahanan. M. Irfan menggantikan I Gde Jeno, begitupun Rizky dicoba untuk menggantikan Iswandi Da’i di posisi midfielder. Saya sebetulnya sangat kaget dengan pilihan opsi Rizky sebagai gelandang tengah di skema permainan tim kesayangan kita karena Rizky lebih ke tipikal pemain menyerang daripada bertahan menurut saya, tapi pemikiran saya terhadap Rizky dimentahkan oleh permainan dia selama 70 menit pertandingan berjalan.

Determinasi PSIS dimulai langsung sejak menit pertama. Salut buat Firmandoyo, dalam pemikiran kita coach satu ini pasti menginstruksikan main lepas, hindari beban dan anggap ini di Jatidiri. Itu dibuktikan dengan serangan lewat pergerakan sayap kanan, dan penguasaan lini tengah yang optimal. Ini perlu saya garis bawahi bahwa peran Rizky benar-benar hebat sebagai pemutus serangan lini tengah PSCS Cilacap dan juga untuk istilah sepakbola modern dia memainkan peran Deep Flyng Playmaker dengan sangat baik. Kelemahan mendasar PSIS pada 20 menit pertama adalah tidak bisa mengoptimalkan set piece dengan maksimal. Catatan saya selama 20 menit pertama PSIS mendapat 7 kali set piece di zona pertahanan PSCS Cilacap, baik itu kanan ataupun kiri. Dan juga peran serta sayap kiri yang ditempati oleh  M. Irfan kurang optimal, seperti debutan yang masih canggung untuk posisi tersebut. Menurut saya seorang M. Irfan bukan seorang pemain kidal, dia lebih lincah dalam melakukan passing maupun crossing dengan kaki kanan. Dan Edy menjalankan instruksi dengan baik dengan hanya berada di zona pertahanan PSIS Semarang, hal yang pasti untuk tidak mau “kena”, untuk mengantisipasi serangan balik cepat PSCS Cilacap lewat pemain sayapnya.

Nurul Huda pun bisa membuat Julia mati kutu, permainan direct dari lapangan  tengah PSIS Semarang lewat Rizky dan Ronald Fagundez membuat saya terkesima sepanjang babak pertama. Wahyu Tri dan Rastiawan mungkin sampai mempunyai pikiran seperti ini “semoga babak pertama ini lekas selesai” Setuju? Lihat saja baru menit 15 pertandingan berjalan, Rastiawan sampai harus menerima kartu kuning untuk memutuskan tali serangan dari lini tengah ditambah serangan sayap kanan di sektor kiri pertahanan PSCS Cilacap. Buruknya kondisi lapangan setelah diguyur hujan membuat tempo permainan menjadi lambat dalam penerapan skema permainan. Dan seetelah menit ke-20 serangan lebih didominasi long pass dari tengah lapangan, hingga membuat permainan membosankan bukan? Dalam segi permainan kita unggul jauh sepanjang babak pertama di Wijaya Kusuma.

Memasuki paruh kedua, permainan berubah 180 derajat. PSCS Cilacap sanggup menguasai permainan di tengah dan juga permainan sayap. Jika di babak pertama strategi PSIS berhasil meminimalisir serangan dari sayap kiri, maka di babak ke-2 PSCS sukses menjiplak skema babak pertama PSIS dan diterapkan di babak ke-2. Taryono bisa bebas menguasai bola dan bergerak lewat kecepatan larinya di sektor sayap. Kelebihan Taryono ini tidak muncul sepanjang 45 menit pertama dan Gatot pun memasukkan striker bertipe cepat yaitu Ibrahim. Ibrahim inilah supersub PSCS Cilacap saat menghadapi Persikabo Bogor di laga sebelumnya dengan gol kemenangan yang dicetak lewat determinasi penyisiran di sektor sayap.

Tetapi menurut saya permainan di babak ke-2 sangat membosankan dan tidak semenarik di babak petama. Apakah karena kedua tim terlalu banyak melakukan long pass dari lini tengah? Atau karena faktor cuaca? Tidak juga. Kondisi lapangan sudah kering dan siap “ditelanjangi” lewat permainan nan cantik, apa daya lini tengah kita juga sudah kehabisan bensin, hingga Rizky diganti oleh Iswandi Da’i. Performa Rizky yang tampil all out sepanjang babak pertama membuat staminanya menurun sehingga Wahyu Tri pun bisa bebas berkreasi di lini tengah.

Yang jadi pertanyaan saya, kenapa M. Irfan tidak diganti di babak ke-2, cobalah lihat positioning M. Irfan sepanjang babak ke-2? Tidak seperti Imral Usman, seorang sayap yang rajin membantu pertahanan dan juga bisa menutup lubang untuk PSIS Semarang jika ingin melakukan serangan balik cepat. Jika bola masuk di wilayah kanan pertahanan PSCS Cilacap seharusnya pemain pertama pada zona penyerangan tersebut sangat terlambat untuk mengoptimalkan penyerangan counter attack. Pekerjaan rumah besar buat coach Firmandoyo yang belum memiliki pemain sayap kiri yang mumpuni di skema 4-4-2 yang sangat rajin naik membantu serangan dan turun ke zona pertahanan.

Begitupun tim lawan, mereka juga sudah kewalahan dengan stamina dan permainan mereka sendiri, istilah saya PSCS Cilacap main safety untuk nilai satu karena masih mempunyai sisa pertandingan satu kali. Saya hanya mencatat PSCS Cilacap mempunyai peluang lewat eksekusi Rastiawan di menit 69” yang diselamatkan oleh kang Nurul Huda. Selebihnya permainan hanya mengandalkan Direct Long Pass yang jaraknya terlalu jauh dengan striker ataupun penyerang sayap dengan kondisi lapangan yang sudah membuat tenaga terkuras sepanjang babak pertama. Kredit tambahan untuk babak ke-2 saya berikan kepada Fauzan dan Morris Power. Permainan di zona pertahanan sangat tenang dan istilahnya “mboten kemrusung”, berani memainkan si kulit bundar di zona pertahanan saat pressing ketat dari pemain PSCS Cilacap.

Jadi menurut saya hasil imbang ini memang layak untuk kedua tim. PSIS mampu menguasai paruh pertama dan PSCS Cilacap menguasai paruh kedua. Kedua kiper pun jarang mendapat sebuah shock therapy. Pekerjaan rumah untuk coach Firmandoyo mungkin sekarang adalah masalah pergerakan wilayah kiri penyerangan, entah itu sayap ataupun wing back. Anyway, itu hanya saran saya untuk coach. Saya sendiri yakin coach Firmandoyo mempunyai taktik dan strategi yang sudah disiapkan untuk 12 besar. Dan apabila saya bisa disuruh memilih pemain terbaik laga kemarin sore maka saya akan memilih Rizky dan Edy Gunawan.

Tetap semangat dan optimis untuk kita; Suporter PSIS. Perjalanan ke ISL baru separuh tangga.
Karena tangga terakhir telah menunggu kita dengan tulisan “WELCOME TO ISL”,

Cheersss..

Twitter penulis : @herry_kucink

2 comments:

  1. senang bisa nemu blog khusus PSIS (h).
    wajib baca biar pinter

    ReplyDelete
  2. Matur suwun Mas Anthon atas support-nya..
    Semoga media ini benar2 bisa berguna utk PSIS, Semarang dan sepakbola nasional.
    Ditunggu kontribusi-nya mas..
    :)

    ReplyDelete