Friday, June 14, 2013

Layakkah Kita Kalah?
Oleh Herry Santoso

Foto diambil dari www.psisclub.com

Sebuah pertanyaan yang saya sempat tidak percaya, karena saya optimis team kesayangan kita; PSIS Semarang akan membalas kekalahan 2-0 saat bermain di kandang Persikabo Bogor.

Tapi apa daya hasil pertandingan di Stadion Jatidiri kemarin sore (Kamis, 13/6) mengiyakan Ya bahwa kita kalah di Jatidiri. Rekor kita 11 kali berlaga tanpa kalah akhirnya putus dan kita harus kehilangan 3 poin untuk pertama kalinya di Jatidiri. Kita tidak ‘bisa’ merayakan pesta pora saat pertandingan terakhir di Jatidiri di ajang Kompetisi Divisi Utama ISL.

Lewat coretan ini saya coba menganalisa pertandingan kemarin sore antara PSIS Semarang versus Persikabo Bogor. Saya sebetulnya masih penasaran dengan skuad lawan… Kenapa? Sekelas tim ‘kecil’ Persikabo berani mencoret Julio Lopez, udah tau khan siapa tuch bocah, mantan goal getter kesayangan kita, dan tambah heran lagi memasukkan Cristiano Lopez (yang notabene mantan goal getter kita juga) hahahaha…..

Skema dari PSIS tidak berubah sekalipun. Cuma absennya Alves ditutup dengan memasang Sukaraja, gelandang bertahan dengan memasang Iswadi Dai “Lagi”, analisa saya kemarin 4-4-2 lawan 3-5-2 Bogor, bakalan numpuk di tengah pastinya anak-anak asuhan Deni Syamsudin.

Determinasi PSIS biasanya dimenit-menit awal. 3 last match kalau tidak salah kita bisa memasukkan gol di menit pertama sampai menit 10, dan itu dijalankan dengan sempurna oleh lini tengah dan barisan depan Laskar Mahesa Jenar. Pertahanan Persikabo kita bully selama 15 menit pertama. Tapi ada yang menjadi pertanyaan saya sewaktu menonton langsung kemarin sore.

Saat PSIS Semarang mendapat tendangan pojok Persikabo berani menitipkan 2 striker mereka yaitu Lopez (Cristiano yaa bukan Julio) dan Aliyudin di ZONA PERTAHANAN PSIS, sepengetahuan saya biasanya sebuah tim di Liga Indonesia, hanya menyisakan satu striker dan satu gelandang. Dan itu di ZONA MEREKA SENDIRI.

Kecerdikan Deni Syamsudin terjadi disini, udah tau khan kalau sisi kiri pertahanan kita sering naik, lewat sebuah counter attack dengan skema yang menurut saya simple dan sederhana, bola diarahkan ke tengah melalui playmaker elegan Alejandro Tobar (orang Bandung sama Kudus tau nich kualitasnya) melihat pergerakan seorang pemain Persikabo yaitu Musthopa Aji di wilayah kiri pertahanan PSIS dia direct masuk sebuah umpan mendatar yang ‘sederhana’, kemudian tinggal di umpan ke Aliyudin, yang dengan entengnya tinggal mencocor bola masuk ke gawang kosong, karena Catur tidak melihat pergerakan Aaliyudin.

Salah Catur? Bukan. Salah antisipasi pergerakan dari tengah melalui media si Tobar itu. Iswadi Dai terlalu berani membiarkan seorang Tobar berkreasi layaknya penari gypsi di sebuah sirkus. Kalau dia mau belajar kesalahan dari gol pertama pasti gol kedua juga gak akan dengan mudahnya tercipta dengan proses yang sama juga. Pasti bakal ada pertanyaan Fagundez kemana? Dia khan juga jendral di tengah?

Ini yang saya amati pergerakan Fagundez , dia juga aktif membantu pertahanan satu dua kalilah, tetapi saat dia menyerang pergerakan Iswadi malah membuat Fagundez, istilahnya nanggung. Saat Fagundez naik dia bingung mau ngapain, saat Fagundez turun dia malah menjaga penyerang sayap Persikabo (saya liat ada beberapa kali pergerakan dai seperti itu). Jadi tau sendiri khan tengah kosong dengan santainy, Itulah mengapa para pemain Persikabo bisa membuat sebuah orkestra Beethoven di lini tengah pertandingan sepanjang babak pertama.

Nah sekarang ke analisa babak ke 2 nich, saya kaget Edy Gunawan masuk menggantikan Ikhsan. Padahal dari segi kecepatan Ikhsan jauh lebih unggul dari Edy. Kecepatan Ihksan diperlukan untuk menandingi kecepatan Aliyudin dan Lopez. Tetapi masih ada kelemahan dari diri Ikhsan kemarin, yaitu terlalu membantu serangan sampai lupa daerah pertahanan sendiri. Apa mungkin karena kemarin berhadapan dengan tim ‘mudah’ dan juga penggantian Sukaraja ke Roby saya rasa masih kurang tepat, kita memainkan bola atas tapi Sukaraja diganti?

Babak ke 2 PSIS langsung menggebrak untuk memaksimalkan hasil menang. PASTI! karena kemarin itu pertandingan terakhir di kandang pastilah pahlawan sepakbola Semarang ingin memberikan yang terbaik bagi tim kebanggaan kita. Determinasi yang gilaa menurut saya, terlalu frontal dengan penyerangan dan jelinya Firmandoyo dia tidak membiarkan si Edy bergerak leluasa membantu penyerangan PSIS lewat sektor kiri, hanya bertahan di separuh lapangan. Antisipasi serangan balik lewat kanan zona penyerangan Persikabo? Tepat. Dan itu dikerjakan Edy dengan sangat disiplin. Dan prioritas PSIS melalui sayap kanan dan bek kanan.

Ada catatan saya babak 1 kita kalah melalui crossing umpan lambung tinggi. Tetapi di menit 55 baru sekali si gondrong Bang Nurul Huda memainkan sebuah umpan SETENGAH BADAN dan bisa dijadikan sebuah gol pertama dan terakhir oleh Heri Nur yang membuat kedudukan 1-2. Dan hal itu masih dicoba oleh Bang Nurul sampai dua kali.

Nah kejelian Firmandoyo menutup tambal kiri pertahanan PSIS dimanfaatkan dengan cerdik oleh Deni Syamsudin. Zona kanan pertahanan kita pasti lengah karena Bang Nurul terlalu lebih sering membantu penyerangan. Deni Syamsudin men-switch Alliyudin untuk bergerak di zona kanan PSIS dan Lopez di zona kirinya, sebuah counter attack diarahkan pasti ke Alliyudin sepanjang babak ke 2. Persikabo juga pintar karena PSIS masih mempunyai lubang di tengah karena posisi Iswadi yang kebiingunan sendiri layaknya seorang anak ayam yang mencari induknya.

Catatan saya; Lopez mendapat sebuah one by one dengan kiper PSIS sebanyak 4 kali tetapi kualitas Catur memang tidak perlu diragukan lagi. Sangat tenang dan dia pintar bagaimana saat dia maju untuk bergerak menutup pergerakan dan bagaimana saat mundur. Begitupun saat Alliyudin juga mempunyai peluang yang sama dengan Lopez. Inget khan si Catur menggagalkan peluang penalti Lopez (Julio) di putaran pertama di Bogor. Juga saat kita bertamu ke Kudus, dia juga menggagalkan pinalti Persiku Kudus. Kredit tersendiri saya berikan kepada Catur. HE IS THE KING ONE BY ONE.

Analisa lini tengah pun masih sama dengan babak pertama. Lagi-lagi membiarkan seorang Tobar berkreasi di tengah. Sebuah kesalahan fatal membiarkan Tobar bebas berkeliaran. Menurut saya nich orang tipikal sama dengan Carlos De Mello. Cuma beda di kaki. Ide brilian di pikiran Fagundez sempat terbaca oleh saya. Dia ‘ingin’ serangan tidak dideterminasi melulu di sayap karena memang pertahanan terakhir Persikabo sebelum kiper mempunyai postur yang tinggi. Dan lagi Iswadi tidak bisa membaca keinginan Fagundez dimana dia seharusnya bisa memback-up itu semua. Sempat juga tendangan jarak jauh juga menjadi cara untuk membongkar. Tapi hanya sekali atau dua kali dilakukan dan itupun mengarah tinggi ke atas mistar. Berbeda yang dilakukan Morris di babak 1 pas mengarah ke gawang dan sempat bikin shock therapy lawan. Itu harusnya 2 opsi yang dilakukan PSIS. Direct ball ke tengah dan tendangan dari luar kotak penalti untuk membongkar pertahanan lawan.

Jadi bagaimana tanggapan anda mengenai soal pemilihan judul artikel match analysis yang sudah saya pilih? Layak khan kita kalah, Persikabo sudah mempersiapkan masuk ke 12 besar Divisi Utama ISL lewat pertandingan kemarin sore dan saya berharap Firmandoyo juga sudah mempersiapkan itu semua. Doa kita bersama bawa PSIS masuk ke ISL, itu harapan terbesar saya.

Twitter penulis @herry_kucink

0 comments:

Post a Comment