Thursday, June 27, 2013

Separuh Jalan Menuju Panggung “Indonesia Super League” (Bagian 2)
Oleh : Herry Santoso


Tulisan saya sebelum ini membahas tentang review perjalanan tim kesayangan kita; PSIS Semarang. Dan untuk bagian kedua ini saya akan sedikit mengulik tentang masalah formasi, fisik pemain dan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum berlaga di fase 12 besar nanti.

Kita semua sudah mengerti bahwa serangan PSIS Semarang sepanjang penyisihan grup didominasi di pergerakan sayap kanan. Sayap kiri kita seolah-olah mati dan tertidur. Pergerakan bola dominan meluncur ke wilayah kanan dan serangan variatif di lini tengah kita lewat terobosan bola masuk ke tengah pertahanan lawan hanya sekali – dua kali. Memang optimalisasi selama ini hanya di sisi kanan karena kita memang mempunyai pemain yang sangat variatif di sektor itu yaitu pemain senior Imral Usman dan Nurul Huda. Tapi apakah sudah dipikirkan sebuah alternatif jika serangan dari sisi kanan dimatikan dan semisal ada salah satu dari kedua pemain kunci itu mengalami cedera (saya tidak berharap demikian), lalu bagaimana solusi untuk mengantisipasi hal itu?

Kabar baik dari pos posisi bek kiri adalah kembali bermainnya mantan pemain Persibo Bojonegoro yaitu Edy Gunawan. Pada 2 pertandingan terakhir saat melawan Persikabo Kabupaten Bogor dan PSCS Cilacap posisi itu dipercayakan kepada Edy Gunawan. Walaupun hanya sebagai pemain pengganti sewaktu melawan Persikabo Bogor, tetapi Edy mempunyai disiplin yang tinggi untuk menjaga posnya. Dia tahu dan sadar membagi timing saat dia naik membantu serangan ataupun turun untuk membantu pertahanan. Setelah sembuh dari cidera pada awal seleksi putaran kedua, Edy benar-benar menunjukkan kualitas, lupakan jika dia mempunyai postur pendek, Physycally Apperance tidak membuat dia minder untuk ‘bertarung’ di wilayah kiri pertahanan.

Ikhsan Sania pun mempunyai tenaga seperti motor dengan kapasitas cc besar, kuat dalam sprint dan body balance. Tetapi, menurut pengamatan saya, Ikhsan terkadang lupa kapan dia harus turun untuk membantu pertahanan. Jika boleh member saran, saya lebih merekomendasikan Edy untuk di pos ini. Sayangnya posisi yang kita butuhkan berupa sayap kiri untuk seorang Edy kurang menunjang. Mungkin semacam ada krisis kepercayaan di pos ini. Lini tengah seakan – akan ragu untuk mengirim bola di wilayah ini. Gde Jeno tipikal pemain kidal, tetapi pergerakannya saat membawa bola sangat jarang melihat ada kawan didekat ataupun menengok kawan yang berada di kotak penalti lawan. Juga stamina Gde Jeno seakan – akan cepat ‘habis’ di babak ke-2, padahal dia hanya berlari dan berlari tanpa membawa bola.

Sedangkan untuk M. Irfan masalah stamina diatas Gde Jeno. Tetapi M. Irfan bukanlah seorang pemain ‘natural’ kidal. Dia tipikal pemain sayap kanan ataupun gelandang tengah. Solusi terbaik menurut saya adalah dengan memakai posisi defensive winger (sudah saya bahas sedikit di bagian 1) yaitu pemain yang hanya ‘diam’ di wilayah garis tengah lapangan dan hanya menunggu bek lawan untuk tidak terlalu maju membantu serangan untuk kemudian memberikan counter attack yang cepat saat bek lawan terpancing untuk maju. M. Irfan terlihat menonjol untuk strategi ini. Hanya akurasi ketepatan umpan ke wilayah depan yang harus diperbaiki untuk menjaga stamina agar tidak terlalu cepat habis di babak kedua.

Pernah terpikirkan, kenapa tidak berspekulasi dengan menempatkan M. Roby disini? M. Roby mempunyai jiwa pendobrak dan mempunyai kecepatan lari yang mampu untuk melaukan counter attack. Sebetulnya bisa dicoba untuk determinasi serangan sayap kanan kiri. Yang dibutuhkan M. Roby hanyalah faktor ketenangan saat membawa bola. Untuk lini tengah saya lebih setuju dengan komposisi Ronald Fagundez dan Risky. Kita sudah sepakat bahwa determinasi keduanya sewaktu away melawan PSCS Cilacap bisa diacungi jempol. Dan yang terpenting adalah memanfaatkan set piece bola mati. Entah itu corner atau free kick, baik dari kanan ataupun kiri terbuang sia – sia selama ini. Tidak adanya algojo yang mumpuni membikin kita ragu. Fagundez ahli dalam bola mati tetapi bola set piece-nya lebih sering mengarah ke umpan dan bukan yang langsung menuju ke gawang lawan, begitu juga dengan Nurul Huda. Sehingga opsi saya untuk bola mati ‘wajib’ dieksekusi oleh Fagundez atau Huda.

Pekerjaan Rumah terbesar kita (dan mayoritas tim peserta) ada pada stamina. Sebelas pemain utama kita di dalam zona permainan terdapat beberapa yang sudah berumur diatas 30 tahun. Cukup riskan apalagi ditambah jadwal match yang mengharuskan perjalanan jauh ke Bangka (Sumatra) dan Biak (Papua). Apalagi Papua yang terkenal dengan dataran tingginya bisa dipastikan cukup menguras stamina pemain kita. Coach Firmandoyo harus segera memikirkan hal ini dikarenakan opsi kanan kita tidak ada pelapis yang sepadan dan kemungkinan bahwa kita tidak bisa memaksimalkan kuota seluruh tim seperti biasanya.

Jujur, soal stamina dan kestabilan permainan, saya kaget dengan Nurul Huda. Pemain yang sudah berumur diatas 30 tahun ini adalah satu-satunya pemain yang tiap kali bertanding selalu tampil full 90 menit dan bermain tanpa lelah. Stamina Nurul Huda sangat hebat untuk ukuran pemain diatas 30 tahun, mengalahkan stamina pemain muda yang lain. Sebetulnya ini patut dijadikan contoh oleh pemain muda kita. Indonesia sebagai negara tropis terkenal akan cuacanya yang panas. Stamina mengambil peranan yang penting disini selain skill dan teknik bermain bola tentu saja.

Jeda waktu untuk recovery yang cukup sebetulnya bisa mendukung stamina tetapi kita mengerti bahwa jadwal Liga Indonesia sangat ‘ngeri’ bagi pemain. Resiko cedera sangat riskan terjadi dengan jadwal yang padat, jadi untuk stamina para pemain PSIS kita sangat membutuhkan back up untuk sayap kanan dan bek kanan. Mungkin solusinya bisa berupa memberi kesempatan kepada pemain muda di posisi tersebut. Jarak dan waktu perjalanan saat putaran pertama  12 besar benar-benar akan menguras stamina. Sedangkan untuk posisi lain kita relatif ‘safe’ karena stamina yang masih dalam kondisi biasa dan ditambah seringnya rotasi di posisi selain zona kanan PSIS Semarang. Hanya catatan kecil menurut saya untuk Rizky di masalah stamina. Memang Risky seorang pemain fighter yang hebat saat di tengah tapi juga harus mengerti bahwa dia adalah opsi ‘pasangan’ Fagundez di lini tengah. Kita tidak mau jika terjadi kecerobohan besar saat melawan Bogor. Ingat ini sudah masuk 12 besar bukan fase penyisihan grup lagi.


Twitter penulis : @herry_kucink

0 comments:

Post a Comment