Wednesday, June 26, 2013

Separuh Jalanan Menuju Panggung “Indonesia Super League” (Bagian 1)
Oleh : Herry Santoso

Ya, akhirnya seperti yang kita tahu PSIS Semarang sudah separuh langkah menuju Indonesian Super League (ISL) setelah berakhir di peringkat 3 di Grup. Sayangnya keberhasilan tim kesayangan kita sedikit terganjal kabar duka. Tanggal 22 Juni 2013 kemarin, dirigen legendaris Panser Biru sekaligus panutan sebagai seorang suporter sejati Semarang; Mas Kirun meninggal dunia karena sakit. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT, dan kita yang ditinggalkan wajib meneruskan perjuangannya demi kemajuan PSIS Semarang. Itu adalah doa dari saya untuk beliau, dan saya, Insya Allah, akan terus berjuang dengan menulis dan menulis untuk PSIS Semarang.

Oke sekarang mari kita fokus ke perjalanan PSIS Semarang. Saya yakin pasti kalian setuju jika kita berpendapat bahwa kita akan berjalan mulus melewati fase grup menuju putaran 12 besar. Di televisi dan media cetak sudah meramalkan bahwa kita (PSIS) diunggulkan untuk melewati fase grup. Bahkan, saya pernah membaca ada statement dari salah satu akun di jejaring sosial media bahwa PSIS Semarang akan sangat mudah untuk menuju ke ISL karena telah disetting untuk dengan mudahnya lolos. Setuju?
Maaf saya tidak setuju dengan statement itu. Saya akan coba menganalisa dan mereview perjalanan PSIS selama 2 putaran melakoni laga kandang dan tandang di penyisihan grup melalui segi permainan tim kesayangan kita ini.

Saat drawing, kita tergabung di grup yang menurut saya, hanya 4 tim yang wajib lolos. Yaitu, Persitara, PSCS, Persikabo dan PSIS Semarang. Diliat dari skuad pemain yang sangat mumpuni semua, kita mendapat 2 pemain asing saat itu yaitu Morris Power dan Emille Linkers. Sedangkan materi pemain lokal dihuni dengan pemain muda dari PON Jateng ditambah materi pemain tua tapi masih berbobot seperti Imral Usman, Nurul Huda, Khusnul Yakin dan Mohamad Irfan. Dan tonggak kepelatihan PSIS dipegang oleh Firmandoyo yang sebelumnya melatih tim sepakbola JATENG untuk berpartisipasi di PON. Waktu itu saya pribadi sangat optimis dengan kapasitas coach satu ini dan saya yakin ada pemain muda yang bersinar. Dengan skema keseimbangan antara generasi muda dan generasi tua itulah PSIS Semarang akan memberikan yang terbaik buat seluruh pecinta PSIS Semarang khususnya warga Semarang.

Putaran 1 diawali laga bigmatch antara PSCS Cilacap dengan PSIS Semarang. Dan kebetulan stadion kebanggaan kita; Jatidiri, ditunjuk sebagai venue pembukaan Divisi Utama. Match pertama berjalan seru, bahkan kita harus bersusah payah mengalahkan saudara muda kita di Jateng dengan skor 1-0 melalui gol bunuh diri. Formasi pertama yang dipakai oleh coach rata-rata pada saat putaran 1 yaitu lebih dominan ke 3-5-2 dengan menumpuk gelandang di tengah. Sempat timbul pertanyaan dari benak saya, bukankah formasi ini menurut saya sudah “tua” di jaman sepakbola modern seperti sekarang? Dengan menumpuk gelandang di lini tengah? Tetapi semua itu dimentahkan dengan kestabilan lini tengah PSIS Semarang. Lalu muncul pemikiran bahwa 3-5-2 itu membutuhkan seorang pemain pembagi bola (menurut saya) dan saat itu Imral Usman lebih didorong untuk menjadi pembagi bola tersebut. Lagi-lagi tidak optimal karena basis penyerangan kita masih di sektor sayap. Kita sangat jarang melakukan penetrasi melalui direct ball ke tengah dan juga kelemahan pada sektor sayap kiri sudah muncul di formasi ini. Dari segi permainan, jujur saja, saya kurang menikmati di putaran pertama ini walaupun kita selalu menang di setiap laga. Apakah ini settingan? Kembali saya tertuju ke pertanyaan itu. Tapi saya tidak akan membahasnya disini karena terlalu membosankan dan bagi saya tidak penting karena saya adalah penikmat sepakbola dari segi permainan. Tidak ada alasan lain. Jika memang ada ‘settingan’, lalu kenapa pada saat laga tandang ke Bogor, Pekalongan dan Kudus kita mendapat penalti? Dan itupun 2 diantaranya gagal menjadi gol. Itu logika saja.

Kembali ke segi permainan, pada putaran pertama performa tukang gedor kita, Emille Linkers menurut coach belum menunjukkan seorang predator di kotak penalti seperti yang diharapkan. Tapi ada satu sisi kelebihan Linkers, masih ingat Indriyanto Nugroho si “Mr. Cepek”? Mereka mempunyai tipikal permainan yang hampir sama. Sangat sempurna untuk masalah kontrol dari bola atas, entah itu bola datangnya direct ataupun running ball. Emille Linkers mungkin hanya agak ‘malas’ dan itu yang membuat dia kurang ‘sreg’ di hati coach Firmandoyo. Khusnul Yakin menurut saya bukan seorang supersub yang maut seperti dulu lagi dan tidak bisa menjalankan skema 3-5-2 seperti jaman dia muda dulu. Begitu juga Miko yang mempunyai tipe permainan sama dengan Heri Nur. Menurut kesimpulan saya mungkin itulah alasan mengapa mereka tidak dipakai jasanya di putaran kedua. 

Pada putaran kedua saya sempat kaget dengan masuknya si kidal Ronald Fagundez dan penasaran dengan Edinson Alves. Dulu saya sempat menyaksikan Edinson Alves berlaga sebelum bergabung dengan PSIS Semarang dan sempat ingin ‘meramal’  pikiran coach Firmandoyo, bahwa pada saat putaran kedua PSIS akan berganti formasi. Edinson Alves dengan kengototannya seolah ingin ‘menyihir’ publik Jatidiri dan seakan mengatakan bahwa ‘saya lebih memahami karakter Liga Indonesia dibandingkan Linkers'. Sihir Alves memang terbukti jitu dengan masuknya Ronald  Fagundez dan juga 3 pemain lokal yang menurut saya masih asing namanya di Liga Indonesia. Skema 4-4-2 mulai terbentuk di putaran kedua ini. Pilihan strategi memang mengoptimalkan penyerangan melalui media sayap, tanpa pembagi bola, lalu kenapa tidak ada playmaker? Menurut saya, Ronald Fagundez hanya ‘separuh’ memainkan peran sebagai playmaker karena dia lebih atraktif ke gelandang serang. Memang penguasaan bolanya menjelaskan dia pembagi bola tetapi playmaker setahu saya memposisikan diri pada garis ½ lawan area musuh. Tetapi kita lihat Ronald Fagundez, berani melakukan ‘drive’ masuk ke kotak penalti. Serangan sayap lebih dominan dan optimal melalui sisi kanan lapangan yang dihuni Imral Usman (yang kembali ke pos lama) dan Nurul Huda. Sektor kiri masih sama dengan putaran pertama, mati kutu. Ini yang perlu dibenahi di fase 12 besar.

Untuk posisi striker saya memberikan nilai 9 untuk duet Heri Nur dan Edinson Alves. Mereka berdua serasa mempunyai ‘komunikasi batin’ yang hebat sehingga bisa saling mengerti pergerakan masing-masing. Yang saya sayangkan kita hanya mempunyai seorang pelapis di barisan penyerang, yaitu Roby Fajar, yang menurut saya masih kurang ‘greget’nya dalam ketenangan penguasaan bola di kotak penalti. Dia memang mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang predator dan sprinter, tetapi ada kejanggalan saat dia membawa bola dipertahanan musuh, ini juga sebuah PR buat pelapis.

Yang menarik perhatian saya mungkin menganalisa pos sayap kiri. Bagaiman jika seorang M. Irfan diposisikan sebagai defensive winger? Sebuah posisi yang sebetulnya sudah ada jaman dulu. M. Irfan memang sekilas sama dengan posisi itu entah dia tau atau tidak dia hanya berputar-putar sendiri. Sedangkan “Defensive Winger” pada skema 4-4-2 hanya menahan serangan pemain belakang lawan untuk tidak membantu proses serangan melalui overlaping. M. Irfan mempunyai karakter pressing yang baik, fisik dan defense bagus, serta kecepatan yang diatas rata-rata bisa dimaksimalkan untuk melakukan sesekali sebuah serangan balik cepat di wilayah kiri kita agar bisa bekerja lebih optimal.

Untuk wilayah pertahanan, perpaduan pasangan centre back kita bisa dikatakan mumpuni dari segi kestabilan performa. Tapi hati-hati dengan sebuah serangan direct long ball dari tengah karena kedua centre back ini sering terlibat permainan hingga kedalam area pertahanan (Ball-Playing Defender). Tugas itu memang diemban dari lini tengah dahulu, tapi Rizky dan Fagundez juga sudah mulai mengisi (ingat ulasan match analysis waktu lawan PSCS Cilacap). Yang dibutuhkan Rizky sekarang hanya mental dan ketenangan baik itu di laga tandang maupun kandang di 12 besar. Mungkin Rizky perlu belajar ketenangan seperti itu pada kedua bek kita. Sedangkan untuk posisi kiper, saya sudah capai membahas Catur Rangga. Dia sebagai benteng pertahanan terakhir saya kira mampu menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Well Played Catur!Bersambung

Twitter penulis : @herry_kucink

0 comments:

Post a Comment